Laporan PendahuluanPADA ANAK DENGAN THYPUS ABDOMINALIS
Muhammad Imron,S.Kep,Ns
LP ANAK THYPUS ABDOMINALIS ( TIPES PERUT )
A. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian
Penyakit infeksi akut pada saluran cerna (usus halus) denagn gejala demam > 1 minggu, gangguan saluran cera dan gangguan kesadaran.
2. Penyebab
Basil/kuman salmonella Typhosa, Salmonela paratyphosa.
3. Patofisiologi
xxxxx
4. Tanda dan gejala
a. Minggu I : infeksi akut (demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, mual, diare)
b. Minggu II : Gejala lebih jelas (demam, bradikardia relatif, lidah kotor, nafsu makan menurun, hepatomegali, ggn kesadaran).
5. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan leukosit
b. Pemeriksaan SGPT/SGOT
c. Biakan darah
d. Widal
6. Komplikasi
a. Perdarahan usus
b. Perforasi usus
c. Ileus paralitik
7. Penatalaksanaan
a. Perawatan à bedrest
b. Diet (pemberian makanan padat dini dengan lauk pauk rendah selulosa).
c. Obat/terapi
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Data Subyektif
1) Pasien mengeluh mual muntah, kepala pusing, badan lemas, nafsu makan berkurang.
2) Pasien mengeluh ngilu, nyeri otot.
b. Data Obyektif
1) Lidah kotor, BB menurun, porsi makan tidak habis, ggn sensasi pengecapan.
2) Merasa gelisah, terjadi penurunan kesadaran, delirium.
3) Pembesaran hepar/Hati (hepatomegali) .
4) Immobilisasi.
5) Diare dan kadang juga disertai dengan konstipasi.
6) S: hipertermi (> 37,50C), bradikardi relatif.
c. Pemeriksaan penunjang
1) Peningkatan titer uji widal 4x selama 2-3 minggu à demam typhoid.
2) Reaksi widal dengan titer 0 à 1: 320, reaksi widal dengan titer H à 1: 640
Muhammad Imron,S.Kep,Ns
2. Diagnosa Keperawatan
a. Peningkatan suhu tubuh (hypertermia) b/d proses infeksi salmonella typhi.
b. Resiko tinggi kurang cairan b/d pemasukan cairan kurang, kehlangan cairan berlebihan melalui muntah dan diare.
c. Resiko tinggi ggn pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak adekuat, mual muntah, anoreksia.
3. Rencana Tindakan/Rasional
a. Peningkatan suhu tubuh (hypertermia) b/d proses infeksi salmonella typhi.
1. Intervensi |
Rasional
|
Mandiri:
1) Observasi suhu, N, TD, RR tiap 2-3 jam
2) Catat intake dan output cairan dlm 24 jam
3) Kaji sejauhmana pengetahuan keluarga dan pasien tentang hypertermia
4) Jelaskan upaya – upaya untuk mengatasi hypertermia dan bantu klien/keluarga dlm upaya tersebut:
- Tirah baring dan kurangi aktifitas
- Banyak minum
- Beri kompres hangat
- Pakaian tipis dan menyerap keringat
- Ganti pakaian, seprei bila basah
- Lingkungan tenang, sirkulasi cukup.
5) Anjurkan klien/klg untuk melaporkan bila tubuh terasa panas dan keluhan lain.
Kolaborasi:
6) Kolaborasi pengobatan: antipiretik, cairan dan pemeriksaan kultur darah.
|
Sebagai pengawasan terhadap adanya perubahan keadaan umum pasien sehingga dapat diakukan penanganan dan perawatan secara cepat dan tepat.
Mengetahui keseimbangan cairan dalam tubuh pasien untuk membuat perencanaan kebutuhan cairan yang masuk.
Mengetahui kebutuhan infomasi dari pasien dan keluarga mengenai perawatan pasien dengan hypertemia.
Upaya – upaya tersebut dapat membantu menurunkan suhu tubuh pasien serta meningkatkan kenyamanan pasien.
Penanganan perawatan dan pengobatan yang tepat diperlukan untuk megurangi keluhan dan gejala penyakit pasien sehingga kebutuhan pasien akan kenyamanan terpenuhi.
Antipiretik dan pemberian cairan menurunkan suhu tubuh pasien serta pemeirksaan kultur darah membantu penegakan diagnosis typhoid.
|
b. Resiko tinggi kurang cairan b/d pemasukan cairan kurang, kehilangan berlebihan melalui muntah dan diare.
2. Intervensi |
Rasional
|
Mandiri:
1) Awasi masukan dan keluaran, bandingkan dengan BB harian. Catat kehilangan melalui usus, contoh muntah dan diare.
2) Kaji tanda vital, nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa.
Kolaborasi:
3) Awasi nilai laboratorium: HB, HT, Na albumin.
4) Berikan cairan II seperti glukosa dan Ringer laktat.
|
Memberikan informasi kebutuhan cairan/elektrolit yang telah hilang.
Indikator volume sirkulasi/perfusi.
Menunjukan status hidrasi dan mengidentifikasi retensi natrium atau kadar protein akibat terjadinya muntah dan diare yang berlebihan.
Memberikan tambahan cairan dan penggantian elektrolit pada pasien.
|
c. Resiko tinggi ggn pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak adekuat, mual muntah, anoreksia.
3. Intervensi |
Rasional
|
Mandiri:
1) Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan porsi kecil tapi sering dan awarkan makan pagi dengan porsi paling besar.
2) Berikan perawatan mulut sebelum makan.
3) Anjurkan makan dlm posisi duduk tegak.
4) Dorong pemasukan sari jeruk, minuman karbonat dan permen sepanjang hari.
Kolaborasi:
5) Konsul ahli diet, dukungan tim nutrisi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan klien.
6) Awasi glukosa darah.
7) Berikan obat sesuai indikasi: antasida, antiemetik, vitamin B kompleks.
|
Makan banyak sulit untuk mengatur bila pasien anoreksi, anoreksi juga paling buruk selama siang hari, membuat masukan makanan yang sulit pada sore hari.
Menghilangkan rasa tak enak dapat meningkatkan nafsu makan.
Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan.
Bahan ini merupakan ekstra kalori dan dapat lebih mudah dicerna/ditoleran bila makanan lain tidak.
Berguna dalam membuat program diet untuk memenuhi kebutuhan klien.
Hiperglikemia/hipoglikemia dapat terjadi pada klien dengan anoreksi.
Antiemetik diberikan ½ jam sebelum makan dapat menurunkan mual dan meningkatkan toleransi pada makanan.
Antasida bekerja pada asam gaster dapat menurunkan iritasi/resiko perdarahan. Vitamin B kompleks memperbaiki kekurangan dan membantu proses penyembuhan.
|
Muhammad Imron,S.Kep,Ns
Daftar Pustaka
1. Arthur C. G & John E. Hal (1997), Buku Ajar tentang Fisiologi Kedokteran 9, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
2. Carolyn M. Hudak, Barbara M. Gallo (1996), Keperawatan Kritis; Pedekatan Holistik Volume II, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
3. Donna D. Igatavicius, Kathy A. Hausman ( 1995), Medical Surgical Nursing: Pocket Companoin For 2 nd Edition, W. B. Saunders Company, Philadelphia
4. Lynda Juall Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik Klinis edisi 6, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
5. Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3, Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
6. Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Depkes RI (1993), Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga Cetakan II, Depkes RI, Jakarta
0 komentar
Post a Comment