loading...

Saturday, July 7, 2018

STR Perawat lebih penting dibanding ijazah?


STR Perawat lebih penting dibanding ijazah?

picture by : zonasultra.com


Infuset - Fakta mengerikan tentang dunia keperawatan terutama bagi adik sejawat yang mungkin sebentar lagi akan menyandang status perawat (bukan mahasiswa lagi). Fase yang menurut sebagian besar orang cukup sulit. Momen dimana untuk mendapatkan sebuah "alat" manjur untuk bisa bekerja bernama STR.

STR perawat adalah sebuah surat (lebih tepatnya kertas) selembar yang berisi keterangan bahwa seseorang yang telah menempuh dan lulus perkuliahan keperawatan baik diploma maupun sarjana profesi yang telah kompeten dalam menjawab soal uji kompetensi sebanyak 180 butir soal cerita dengan waktu 180 menit saja. Kompeten disini, bukanlah dalam artian sebenarnya yang mempunyai skil atau keterampilan.

Ingat, perlu anda garis bawahi, cetak tebal maupun miring juga boleh, seseorang yang lulus uji kompetensi perawat, maka akan dianggap KOMPETEN dan yang gagal lulus ujian menjawab soal, maka disebut TIDAK KOMPETEN. Padahal mereka yang lulus uji kompetensi, belum tentu bisa atau cekatan dalam hal kompetensi skil keterampilan pada pasien secara langsung. Ada individu yang cuma pintar teori, namun dalam praktik tidak bisa. Begitu juga dengan yang pintar praktik, namun dalam teori masih kurang.

Tapi namanya juga peraturan. Peraturan bahwa perawat baru bisa bekerja dan dianggap perawat jika sudah mempunyai STR. Skill melayani pasien urusan belakang. Kasian bagi yang tidak kunjung lulus ujian kompetensi. Mereka harus menunggu dan menganggur sedemikian rupa menunggu dilaksanakannya ujian kompetensi yang berikutnya.

Ijazah itu penting, tapi menjadi tidak berguna jika tidak didampingi STR. Namun serasa tidak adil disaat yang pintar teori justru diterima bekerja, padahal keterampilan masih tidak kompeten. Sedangkan yang lihai dalam melakukan tindakan keperawatan kepada pasien namun TIDAK KOMPETEN dalam ilmu teori, justru harus bekerja tidak sesuai jurusannya.

Ibarat kata, STR adalah SIM dalam berkendara. Sebut saja si Lihai dan si kurang lihai berkendara, ketika si lihai tidak punya SIM, maka akan ditilang, sedangkan yang kurang lihai tapi punya SIM, dia akan berlalu begitu saja, dan semakin lama semakin lihai juga. Namun si kurang lihai jelas akan membahayakan pengendara lain. Silahkan analogikan kedunia keperawatan. Begitu bahayanya pasien ketika "diserahkan" kepada perawat yang hanya kompeten dalam ilmu teori saja.


STR juga sebagai alat "pelindung" bagi individu perawat jika didalam praktiknya mempunyai kesalahan. Analogikan lagi dengan pengendara punya SIM dengan yang tidak punya SIM. Ketika mereka kecelakaan, walaupun yang tidak punya SIM dalam posisi berkendara yang benar, tetap saja akan KALAH di persidangan atau di mata hukum.

Saya kira perlunya perubahan regulasi di dunia keperawatan untuk benar-benar bisa menyaring perawat yang kompeten. Sehingga yang tertinggal hanyalah ampas yang benar-benar ampas.

Tribute for : Lulusan kuliah perawat yang bekerja bukan pada dunia kesehatan.

Jika setuju, Like dan share teman....

Author infuset.blogspot.com mewakili teman teman !

Terimakasih


0 komentar