loading...

Thursday, August 29, 2019

Pasien tak suka di tensi dengan alat digital?


Pasien tak suka di tensi dengan alat digital?


Infuset - Berkembangnya zaman, semua menjadi serba digital pada waktunya. Jikalau dulu seseorang ingin memeriksakan tekanan darah menggunakan tensimeter tipe aneroid manual menggunakan jarum (konvensional analog), dan tipe air raksa, maka kini hadir tensimeter tipe digital menggunakan daya batrai.

Sebenarnya nama alat tensimeter adalah Spygmomanometer atau ada juga yang menulis sfigmomanometer. Berasal dari kata Yunani. 

Back to topic, banyak klinik dan pelayanan kesehatan beralih menggunakan tensimeter tipe digital. Dengan dalih praktis tanpa harus mendengarkan sistole diastole melalui stetoskop. Cukup melingkarkan Spygmomanometer kebagian lengan, pencet dan menunggu hasil. Bahkan terkesan akurat. Dimana biasanya secara tensimeter analog jarum, kita menyebut 120/80, bisa saja tipe digital menyebutkan hasil 119/79. Beda tipis, tapi secara psikologis kena. 119/79 terkesan tekanan rendah. Miriplah dengan diskon toko ritel yang menyebut harga Rp.99.000. Gak nyampe Rp.100.000!

Akan tetapi dibalik beberapa keunggulan tipe digital, ternyata menyimpan berbagai kekurangan. Hal ini didapat oleh admin infuset sendiri dalam memeriksa tekanan darah pasien. 

Seperti diketahui, tensimeter dijual bebas dan orang awam, namun ingin selalu update akan tekanan darahnya, tentu membeli tensimeter tipe digital. Mereka tidak akan mungkin membeli tensimeter tipe analog apalagi air raksa. Mereka tidak mengerti sistole diastole.

Back to judul, admin infuset sangat sering menemukan orang yang ragu dengan hasil yang didapat oleh Spygmomanometer digital. Mereka akan terlihat senang jika diperiksa menggunakan Spygmomanometer analog atau air raksa. Mengapa demikian?

Spygmomanometer digital hasilnya lebih akurat namun sangat dipengaruhi oleh kondisi batrai. Batrai yang sudah hampir habis, bisa saja mempengaruhi hasil bacaan tekanan darah. Bahkan sering muncul kode error dan sangat sensitif dengan pergerakan lengan pasien. Makanya jika memakai Spygmomanometer digital, kami akan menyuruh pasien rileks dan jangan banyak gerak.

Hal lain yang menyebabkan pasien lebih suka diperiksa tekanan darah menggunakan tensimeter analog, secara psikologis, mereka tersentuh dan benar benar diperiksa oleh manusia yang faham ilmu, bukan diperiksa pakai alat bertenaga batrai.

foto : bukalapak


Seperti ironi dua sisi mata uang, satu sisi pasien tidak suka diperiksa menggunakan Spygmomanometer digital (karena ada kemungkinan mereka juga punya dirumah) Sisi yang lain, paramedis suka menggunakan Spygmomanometer digital karena kepraktisannya. Apalagi pasien yang antri banyak.

Kalian, tipe yang mana nih? Digital atau analog? Mungkin air raksa?


0 komentar