LAPORAN PENDAHULUAN SCHIZOPRENIA KATATONIK
By.Muhammad Imron.S.Kep,Ns
LP SKIZOFRENIA
Pengertian
Schizoprenia adalah suau bentuk
psikosa fungsional dengan gangguan utama pada proses fikir serta disharmoni
(keretakan, perpecahan) antara proses pikir, afek/emosi, kamauan dan psikomotor
disertai distorsi kenyataan, terutama karena waham dan halusinasi; asoisasi
terbagi-bagi sehingga timbul inkoherensi, afek dan emosi perilaku bizar.
Skizoprenia merupakan bentuk
psikosa yang banyak dijumpai dimana-mana namun faktor penyebabnya belum dapat
diidentifikasi secara jelas. Kraepelin menyebut gangguan ini sebagai demensia
precox.
Jenis
Schizoprenia simplex : dengan
gejala utama kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan
Schizoprenia hebefrenik, gejala
utama gangguan proses fikir gangguan kemauan dan depersonalisasi. Banyak
terdapat waham dan halusinasi
Schizoprenia katatonik, dengan
gejala utama pada psikomotor seperti stupor maupun gaduh gelisah katatonik.
Schizoprenia paranoid, degnan
gejala utama kecurigaan yang ekstrim diserttai waham kejar atau kebesaran
episoda schizoprenia akut (lir
schizoprenia), adalah kondisi akut mendadak yang disertai dengan perubahan
kesadaran, kesadaran mungkin berkabut.
Schizoprenia psiko-afektif, yaitu
adanya gejala utama skizoprenia yang menonjol dengan disertai gejala depresi
atau mania
Schizoprenia residual adalah
schizoprenia dengnan gejala-gejala primernya dan muncul setelah beberapa kali
serangan schizoprenia
Etiologi
1. Keturunan
2. Endokrin
3. Metabolisme
4. SSP
5. Teori adolf
meyer
6. Teori sigmund
freud
Gejala
(menurut Bleuler)
I.
Gejala Primer
1. Gangguan
proses pikir (bentuk, langkah dan isi pikiran). Yna gpaling menonjol adalah
gangguan asosiasi dan terjadi inkoherensi
2. Gangguan afek
emosi
-
Terjadi kedangkalan afek-emosi
-
Paramimi dan paratimi (incongruity of affect /
inadekuat)
-
Emosi dan afek serta ekspresinya tidak mempunyai
satu kesatuan
-
Emosi berlebihan
-
Hilangnya kemampuan untuk mengadakan hubungan emosi
yang baik
3. Gangguan
kemauan
-
Terjadi kelemahan kemauan
-
Perilaku Negativisme atas permintaan
-
Otomatisme : merasa pikiran/perbuatannya dipengaruhi
oleh orang lain
4. Gejala
Psikomotor
-
Stupor atau hiperkinesia, logorea dan neologisme
-
Stereotipi
-
Katelepsi : mempertahankan posisi tubuh dalam waktu
yang lama
-
Echolalia dan Echopraxia
5. Autisme
II.
Gejala Sekunder
1. Waham
2. Halusinasi
Diagnosa
Keperawatan
1.
Resiko tinggi terhadap
kekerasan : diarahkan pada diri sendiri atau orang lain
Tujuan : Klien
tidak membahayakan dirinya maupun orang lain
Intervensi
|
Rasional
|
Pertahankan
lingkungan dalam tingkat stimulus yang rendah
Obseervasi
secara ketat perilaku klien
Singkirkan
semua benda berbahaya
Salurkan
perilaku merusak pada kegiatan fisik
Lakukan
fiksasi bila diperlukan
Berikan obat
tranquilizer
|
Kecemasan meningkata dalam
lingkungan penuh stimulus
Mewmastikan klien dalam keadaan
aman
Dalam keadaan gelisah, bingung
dapat menggunakan benda tajam untuk melukai
Menghilangvkan ketegangan yang
terpendam
Keamanan klien merupakan
prioritas perawatan
Menurunkan kecemasan/ketegangan
|
2.
Koping individu tak
efektif
Tujuan : Klien
tidak menggunakan lebih banyak ketrampilan penggunaan koping adaptif
Intervensi
|
Rasional
|
Usahakan petugas kesehatan
tetap
Hindari kontak fisik
Hindari tertawa, berbisik
didekat pasien
Jujur dan selalu menepati janji
Periksa mulut klien setelah
minum obat
Jangan berikan kegiatan
kompetitif
Motifasi untuk mengungkapkan
perasaan yang sebenarnya
Sikap asertif
|
Menigkatkan hubungan saling
percaya
Mungkin dianggap bentuk
penganiayaan fisik
Mengurangi rasa curiga
Meningkatkan hubungan saling
percaya
Klien sering manipulatif dalam
minum obat
Merupakan ancaman pada pasien
curiga
Mengnungkapkan perasaan secara
verbal dalam lingkungan yang tidak mengancam mungkin akan menolong pasien
untuk sampai pada keadaan tertentu dimana pasien mencurahkan perasaan setelah
sekian lama terpendam
Pasien curiga tidak memiliki
kemampuan untuk berhubungan dengan sikap yang bersahabat atau ceria sekali
|
3.
Perubahan persepsi
–sensori
Tujuan : Klien
tidak menggunakan lebih banyak ketrampilan penggunaan koping adaptif
Intervensi
|
Rasional
|
Observasi tanda halusinasi
Hindari menyentuh pasien secara
tiba-tiba, yakinkan bahwa ia aman disentuh
Sikap menerima dan mendorong
pasien menceritakan halusinasi
Jangan mendukung halusinasi
Alihkan perhatian pasien dari
halusinasi
|
Intervensi awal untuk mencegah
respon agresif yang diperntahkan halusinasi
Pasien dapat mengartikan
sentuhan sebagai ancaman
Mencegah kemungkinan cidera
pasien atau orang lain karena ada perintah adari halusinasi
Perawat harus jujur pada pasien
pada pasien sehingga pasien menyadari suara itu tidak ada
Keterlibatan pasien dalam
kegiatan interpersonal; akan menolong klien kembali dalam realitas
|
4.
Perubahan proses fikir
Tujuan : Klien
menyatakan berkurangnya pikiran-pikiran waham
Intervensi
|
Rasional
|
Tunjukkan sikap menerima keyakinan pasien tanpa sikap mendukung
Tidak membantah/menyangkal
keyakinan pasien
Bantu pasien untuk
menghubungkan keyakinan yang salah dengan peningkatan kecemasan
Fokus dan kuatkan realitas
Bantu dan dukung pasiend alam
mengungkapkan secara verbal perasaan ansietas, takut, tak aman
|
Penting untuk dikomunikasikan
pada pasien bahwa perawat tidak menerima delusi sebagai realita
Membantah pasien tidak
menimbulkan manfaat, dapat merusak hubungan
Jika pasien dapat belajar
menghentikan kecemasan, pikiran waham mungkin dapat dicegah
Mengurangi pikiran-pikiran
waham
Ungkapan secara f\verbal dalam
lingkungan yang tidak mengancam akan menolong pasien untuk mengungkapkan
perasaan yang mungkin terpendam
|
0 komentar
Post a Comment